Potret Gadis Cilik di Tengah Gempuran Perang Dunia II
![]() |
Potoooo by lele |
Film Totto-chan: the Little Girl at the Window, diadaptasi dari novel dengan judul yang sama. Mahakarya dari Tetsuko Kuroyanagi, yang menceritakan kehidupan masa kecilnya sendiri, Tetsuko atau lebih dikenal dengan Totto-chan. Sebuah kisah yang lahir di Jepang saat sebelum dan selama Perang Dunia II.
Film yang berhasil mengajak penonton untuk ikut hanyut dalam dinamika kehidupan Totto-chan dalam mencari lingkungan pendidikan yang cocok dengan dirinya.
Waitttt...
Dari sebagian besar penonton film Totto-chan, adalah orang yang ingin bernostalgia dengan bacaan masa kecilnya. Artinya, saya cukup hoki!?, sebab setelah membaca novelnya, filmnya release pulak di Indonesia pada tahun yang sama, 2024.
Setelah membaca novel, sekaligus nonton filmnya. Timbul pertanyaan untuk diri sendiri, mungkinkah saya adalah orang dewasa yang menyebalkan di mata anak-anak? Ah sial..
Okehh, kembali ke laptopp.
Totto-chan secara alamiah; anak yang aktif, rasa ingin tahu yang meluap-luap, penuh semangat dan energi yang melimpah. Namun, bukankah kerap kali luput bagi orang dewasa dalam menghadapi anak yang masih dalam proses pertumbuhannya dengan rasa ingin tahu yang meluap-luap!? Sifat alamiah anak kerap disalahpahami dan berujung label buruk atau dianggap sebagai perilaku 'mengganggu' bahkan 'nakal'.
Benar saja, Totto-chan dengan keaktifan, serta rasa ingin tahunya yang tinggi, berujung dikeluarkan dari sekolah, sebab guru kelasnya menganggap Totto-chan sebagai anak yang bermasalah dan mengganggu proses pembelajaran.
Di awal, saat menyaksikan gadis cilik Totto-chan lewat novel atau film. Saya dan banyak dari kita (mungkin) akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan guru tersebut.
Namun, lain cerita jika telah diperkenalkan oleh Mr.Kobayashi, kepala sekolah Totto-chan di sekolah barunya setelah dikeluarkan dari sekolah sebelumnya.
“Kau anak yang benar-benar baik”
Tutur kepala sekolah Tomoe Gakuen, Mr.Kobayashi
Walaupun Totto-chan dianggap sebagai anak yang bermasalah oleh guru di sekolah sebelumnya, namun lain halnya dengan Mr.Kobayashi yang dengan tidak mudah memberi label buruk kepada Totto-chan dan anak-anak Tomoe Gakuen lainnya.
Dalam film Totto-chan, penonton juga diperlihatkan bagaimana Mr.Kobayashi ketika menegur seorang guru Tomoe Gakuen. Mr.Kobayashi tidak menegur guru tersebut di tempat terbuka, melainkan di tempat tertutup. Bukankah hal tersebut juga masih kerap luput dilakukan oleh orang dewasa!?
Mr.Kobayashi senantiasa memberikan respon positif terhadap perilaku anak maupun guru.
Sepanjang film, Mr.Kobayashi juga memperkenalkan pendidikan inklusif dan inovatif lewat Akademi Tomoe Gakuen.
Tidak hanya memberikan pendidikan kepada anak-anak yang berkebutuhan khusus, akan tetapi juga memberikan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan individu setiap siswa.
“Sekarang, mulailah dengan salah satu dari ini. Pilih yang kalian suka”
Setelah guru kelas mengatakan hal tersebut, setiap anak di kelas akan melakukan apa yang mereka sukai, ada yang mewarnai, ada yang tetap belajar matematika, ada yang belajar fisika dan melakukan eksperimen, bahkan ada yang bermain musik.
Pendidikan inklusif dan inovatif yang diterapkan di Tomoe Gakuen, sekaligus menjadi sebuah motivasi ditengah redupnya pendidikan anak di Indonesia saat ini.
Overall, film ini tentu tidak memuat semua cerita dalam novel. Namun, film ini patut diapresiasi, baik dalam dialog maupun di luar dialog, sebab sarat akan makna. Selain itu, secara visual film Totto-chan amat sangat memanjakan mata.
Ohiya, jika kamu mudah terharu, siapkan juga tissue.. tahuukan? Berlatar Perang Dunia II:)
Saat lowong dan ada duit, nontonlah segera, Kamerad🙌
Komentar